Banjarnegara – Acara puncak Dieng Culture Festival (DCF) 2021 yang digelar secara hibrida, 1-3 November, berupa jamasan anak berambut gimbal, Selasa (2/11/2021).
lima anak berambut gimbal, dua anak di antaranya berasal dari Kabupaten Wonosobo, dua anak dari Kabupaten Banjarnegara dan satu anak dari Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Permintaan anak-anak berambut gimbal itu bermacam-macam, ada yang minta sepeda, ada yang minta jajan, ada yang ingin pergelaran kesenian Rewo-Rewo, ada yang ingin sepeda ontel dan ada juga ingin potong rambut di Dieng.
Beberapa acara pendukung yang biasa tampil dalam DCF untuk sementara tidak bisa ditampilkan, salah satunya pergelaran Jaz di Atas Awan.
Ketua Panitia DCF 2021 Alif Faozi mengatakan pihaknya menyiapkan pengganti Jaz di Atas Awan, yakni Harmoni di Atas Awan dengan menampilkan musik-musik santai, meskipun sedikit berbeda.
Sementara pergelaran tari tradisional juga turut memeriahkan ajang di Pendopo Budaya Dieng, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Senin itu, sejumlah tarian tradisional yang tampil, antara lain Angguk, Kuda Kepang, Panji Asmorobangun dan Ampak-Ampak Pringgodani.
Ada 17 seni tarin asli (Dieng), tari Jawa, termasuk tari akulturasi juga ada, yakni Barongsai.
Menurut Alif hal itu dilakukan untuk mendukung pelaku seni dan budaya agar tetap eksis, meskipun dengan kondisi keprihatinan akibat pandemi COVID-19.
Dijelaskan sejak pandemi COVID-19, kegiatan DCF tidak bisa digelar secara luring dengan melibatkan banyak orang dan berbagai atraksi.
“Tahun kemarin, kami gelar secara virtual, sedangkan tahun ini secara hibrida, virtual dan luring terbatas. Kami sebenarnya berharap tahun ini sudah normal, tetapi karena situasi dan kondisi, sehingga kami laksanakan secara hibrida,” katanya
Banyak wisatawan yang sudah merindukan DCF, termasuk masyarakat setempat, yang mengharapkan dampak ekonomi dan sebagainya dari agenda wisata tahunan tersebut.
“Paling tidak ini menjadi mimpi lagi bahwa keindahan budaya ini suatu saat akan bisa dilaksanakan kembali dan tentunya di ajang saat ini juga ada bermacam-macam sub event-nya, salah satunya festival tumpeng,” kata Ketua Kelompok Sadar Wisata Dieng Pandawa itu.
Festival tumpeng itu mengolaborasikan tumpeng yang menjadi daya tarik kuliner dan tumpeng sebagai sarana tasyakuran atau doa.
“Di mana kita tentu harus tetap berdoa kepada Yang Maha Kuasa, situasi seperti ini semoga cepat selesai dan masyarakat Dieng, Indonesia, semuanya akan baik-baik saja. Bahkan akan mendapatkan situasi yang normal,” katanya.(spj)