BANYUMAS – Genteng dan paving blok biasanya terbuat dari tanah liat atau dicampur pasir. Namun inovasi dilakukan Bupati Banyumas Achmad Husein, Minggu (17/10). Di komplek rumah dinasnya di Purwokerto, ia memperkenalkan genteng, dan paving dari sampah plastik.
Langkah itu dilakukan lantaran produksi sampah di Banyumas mencapai 60 ton per hari.
“Ini sebagai upaya mengatasi masalah sampah plastik. Ini membuat kami Pemkab Banyumas mengambil langkah untuk mengolah sampah plastik itu menjadi bahan baku pembuatan genteng dan paving,” kata Husein.
Menurutnya pembuatan genteng diawali dengan menggunakan mesin pengolahan sampah plastik yaitu Hot Ekstruder. Plastik lalu dipanaskan dengan sehu tertentu hingga leleh sehingga mudah dibentuk menggunakan alat cetak genteng.
Selanjutnya setelah dicetak, genteng dan paving itu didinginkan didalam air selama tiga menit lalu angkat dan dijemur. Genteng dari bahan plastik ini sangat kuat dan ketika dibanting tidak rusak ataupun pecah.
“Sudah diuji, dibanting tidak pecah. Dipanaskan sampai 70 derajat celsius juga tidak berubah bentuk,” katanya.
Pada awalnya sampah jenis plastik itu, dibuat untuk papan taso, tapi hasilnya belum berhasil. Kemudian setelah melakukan riset dimanfaatkanlah sampah plastik itu menjadi genteng dan paving.
Selain untuk bahan baku genteng dan sampah Pemkab Banyumas juga sudah memanfaatkan sebagian sampah plastik terutama plastik kresek dapat menjadi campuran untuk bahan baku aspal plastik.
Karena masih banyak plastik-plastik sampah yang belum dapat dimanfaatkan dan diolah untuk bahan baku genteng dan paving. Sebelumnya sampah plastik dibuat genteng dan paving sudah dipilah dengan mesin, baik itu organik dan anorganik.
Ia mengatakan, hasil olaham limbah plastik ini memiliki nilai ekonomis tinggi. “Harganya pun lebih murah dari genteng biasanya yaitu sekitar Rp 500 perbuah, dari genteng biasa yang harganya Rp 1400 per buah,” jelasnya.
Ia menambahkan genteng dari plastik ini bisa digunakan misalnya untuk gedung rusak dan keperluan pembangunan.
Ia melanjutkan, inovasi ini nantinya diharapkan dapat dikelola dengan baik yang rencananya akam dipusatkan di Desa Pancasan, Ajibarang karena memang merupakan sentra genteng.
Salah satu perajin genteng asal Desa Pancasan, Amin Nur Rohman mengatakan sangat tertarik dengan inovasi ini.
“Tentunya ini sangat menarik. Biasanya genteng itu bahannya tanah liat dan itu bahannya dari Purbalingga. Karena tidak sekua tanah liat bisa dijadikan bahan genteng,” tuturnya.
Iapun berharap dengan alternatif ini kualitas genteng tidak akan menurun dan bisa terus dikembangkan.
“Yang penting nantinya kami sebagai perajin diberi pelatihan dan pendampingan dahulu, bagaimana cara membuatnya,” tuturnya. (ali)