PURBALINGGA – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purbalingga menerima informasi BMKG jika Dasarian kedua Agustus, sudah memasuki awal kemarau. Hal itu diawali dengan mulai menurunnya intensitas hujan.
Kepala Pelaksana BPBD Purbalingga, Much Umar Faozi menjelaskan, kekeringan sudah mulai terjadi dengan indikasi suhu lebih dingin, hujan sudah mulai jarang dan lainnya. Debit air juga sudah mulai turun. Misalnya di Sungai Klawing, Sungai Serayu dan lainnya.
“Kalau akan ada penanganan wilayah aliran sungai, saat-saat ini. Jadi saat kembali penghujan sudah siap,” tuturnya, Selasa (2/8).
Pihaknya mengimbau agar masyarakat di wilayah rawan bencana, kekeringan atau krisis air bersih segera waspada. BPBD tetap melakukan pemantauan rutin di wilayah yang rawan bencana karena masih ada wilayah utara Purbalingga ada hujan intensitas sedang.
Diantaranya wilayah Kecamatan Karangmoncol, Karangreja, Karangjambu dan wilayah lainnya di utara Purbalingga. Umar juga meminta warga yang pemukimannya dalam wilayah krisis air bersih harus selalu bersiap.
“Kami mencatat, sejumlah kecamatan rawan bencana di masa pancaroba sebelumnya. Diantaranya wilayah Kecamatan Kemangkon, Kaligondang, sebagian wilayah Karanganyar dan Karangmoncol,” rincinya.
Hingga saat ini, BPBD belum menerima surat permohonan droping air bersih. Masih banyak yang mengandalkan air sungai dan sisa sumber air. Pihaknya yakin di desa- desa rawan masih ada yang memiliki Pamsimas. Minimal mampu membantu mengatasi dampak krisis air saat masuk kemarau panjang.
“Kalau saat awal kemarau belum terasa, namun saat mulai berlangsung lama, terlihat sekali permintaan droping. Hanya saja, alangkah baiknya Pamsimas yang masih ada untuk dimaksimalkan. Namun jika masih membutuhkan droping air, bisa mengusulkannya,” tuturnya.
Pihaknya optimis jika semua bisa memanfaatkan sumber air yang ada, maka akan bisa meminimalkan dampak krisis air bersih saat kemarau datang. Termasuk jika ada sumber air yang bisa ditampung dan dimanfaatkan ke banyak rumah.
Pemerintah juga meminta desa-desa rawan krisis air bersih untuk membuat penampungan air bersih. Adanya penampung akan menunjang efektifitas dan efisien saat droping air bersih. Tak hanya itu, jika masih ada hujan sesekali, maka bisa dijadikan penampung air hujan lebih dulu.
Tahun 2020 lalu, total droping bantuan air bersih karena kemarau sebanyak 475 ribu liter atau setara dengan 95 tangki terserap didistribusikan. Yaitu dalam pengiriman selama 15 hari bagi 557 Kepala Keluarga (KK) atau 2.014 jiwa di 11 desa 5 kecamatan. (amr)